Daya Beli Orang RI , Terlihat dari Penjualan Seragam Sekolah

Foto: Pembuatan seragam sekolah untuk memenuhi permintaan pasar di Jakarta, Selasa (9/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Konsumsi Rumah Tangga (RT) hanya mampu tumbuh 4,93% year on year(yoy/ secara tahunan) pada kuartal II-2024. Beberapa komoditas mengalami penurunan konsumsi, diantaranya pakaian, alas kaki, jasa perawatan, kesehatan pendidikan serta transportasi dan komunikasi.

Dari sisi pakaian sebenarnya ada momentum untuk mendorong sektor ini tumbuh, yaitu tahun ajaran baru.

Namun, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, momentum ini ternyata tidak membuat sektor tekstil bergerak signifikan.’

“Untuk konsumsi seragam tahun ini ada pengaruh terhadap kinerja beberapa produsen kain. Hanya tidak signifikan. Bahkan tidak sampai ke hulunya karena menggunakan stok lama yang tidak terjual,” kata Redma kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (6/8/2024).

Stok yang menumpuk dari beberapa produsen kain membuatnya harus lebih dulu mengeluarkan stok lama alih-alih menjual barang baru. Selain itu, ada kecenderungan orang tua menggunakan pakaian yang sudah ada dibanding membeli baju baru untuk anaknya.

“Yang konsumsi sekolah sebagian mulai belanja di awal Juli jadi sepertinya belum masuk data BPS. Tapi memang daya beli masyarakat mulai terjadi pelemahan. Dan pakaian merupakan salah satu prioritas utama masyarakat untuk mengurangi konsumsinya,” ujarnya.

Ketika konsumsi terhadap pakaian tengah jeblok, industri tekstil juga tengah digempur oleh barang-barang impor, lalu apa seragam impor juga masuk ke RI?

“Kalau seragamnya tidak banyak impor, tapi kainnya banyak kain impor,” kata Redma.

Industri TPT nasional memang tengah menghadapi tekanan. Yang berakibat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga penutupan pabrik-pabrik tekstil di Tanah Air.

BPS mencatat pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional termasuk pakaian jadi mengalami kontraksi pada kuartal kedua tahun 2024. Baik secara tahunan maupun secara kuartalan.

“Untuk industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan kedua terkontraksi 0,03% secara year on year ya. Memang terkontraksi tapi besarannya cukup kecil,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh. Edy Mahmud saat jumpa pers, Senin (5/8/2024).

“Secara q to q (kuartalan) juga mengalami kontraksi sebesar 2,63%. Jadi secara secara tahunan maupun kuartal, industri tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi,” ujar Edy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*