Menko Zulhas titip program kerakyatan Presiden kepada alumni IPNU

Menko Zulhas titip program kerakyatan Presiden kepada alumni IPNU

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menitipkan program kerakyatan Presiden Prabowo Subianto kepada peserta Musyawarah Nasional I Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (MA IPNU) di Pendopo Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Sabtu.

“Saya senang berada di sini, karena alumni IPNU itu hebat, saya punya satu anak buah yang alumni IPNU saja sudah membantu, apalagi kalau lebih,” kata Zulhas, sapaanya, saat sambutan pada pembukaan Munas I MA IPNU di Bondowoso.

Ia menyampaikan sebelum reformasi Indonesia sebenarnya sudah maju dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura, Korea, Vietnam, dan sebagainya, tetapi negara tetangga itu sangat cepat dalam kemajuannya.

Menurut Zulhas, Indonesia yang kemajuannya kalah cepat dengan negara tetangga itu disebabkan politik hanya asalĀ survive, sehingga rakyat cukup diberi biaya politik, lalu merasa damai tanpa punya target lebih maju lagi.

Selanjutnya, katanya, pengusaha juga hanya “jago kandang” sehingga mereka menguasai 80 persen “kue” ekonomi di Indonesia dan akhirnya masyarakat pun tidak bisa maju secara ekonomi.

“Batu bara sudah dan sekarang mereka mau nikel dan potensi dalam negeri lainnya, karena itu Presiden Prabowo memerintahkan mereka untuk go-internasional,” ujarnya.

Selain itu, reformasi juga membuat kekayaan Indonesia justru “berputar” pada 10-20 orang saja, karena rakyat tetap “diberi” dan kecil, serta pendidikan juga berorientasi pada mencari kerja, bukan menciptakan pekerjaan, karena terbiasa “menerima” itu.

“Keempat penyebab itu ingin diselesaikan Presiden Prabowo melalui program kerakyatan, seperti pengusaha besar diminta go-internasional, fokus pada persatuan melalui amnesti-abolisi agar bisa maju bersama, program pemberdayaan dalam pertanian-pangan agar masyarakat tidak diatur 2-3 orang soal teh, 1 orang soal mie. Koperasi desa juga bukan bagi-bagi uang tapi sentra bisnis potensi daerah,” papar Zulhas.

Sementara itu, Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menitipkan “5.0 NU” kepada kader NU dari Majelis Alumni (MA) Ikatan Pelajar NU (IPNU) karena IPNU adalah dapur besar NU, mulai meracik, meramu, memasak, meski sempat jadi ashabul kahfi karena bergeser dari pelajar ke putra.

“IPNU dikatakan dapur NU karena ilmu adalah maqom tertinggi dalam Islam, apalagi ada belajar, bertakwa, dan berjuang (spirit IPNU). Tapi sekarang hidup di zaman saling bunuh, bukan bunuh fisik, tapi bunuh karakter melalui medsos yang sudah sampai pada 4.0,” tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut Kiai Miftachul Akhyar, NU perlu punya 5.0, yakni grand idea (ilmu, aswaja), grand desain (motivasi/spirit juang/karakter tahan banting), grand strategi (kaderisasi, distribusi kader), grand controlling (kesinambungan), dan grand sami’na wa atho’na (kebesaran organisasi). “5.0 itu harus dimiliki IPNU, baik kader maupun alumni.

Dalam acara pembukaan Munas I MA IPNU di Bondowoso itu juga dihadiri Utusan Presiden Bidang Pariwisata Zita Anjani (putri Zulhas), Staf Kemenko Pangan Faisal Reza, Ketua MUI RI Zainut Tauhid, Ketua Baznas RI Prof Noor Ahmad, dan 300-an peserta Munas I MA IPNU dari 28 provinsi.

slot 777