
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyampaikan dinamika sosial dan politik yang terjadi di tanah air akan berdampak jangka pendek terhadap pasar saham Indonesia.
Alasannya, fundamental perekonomian domestik tercatat masih kuat, tercermin dari data PMI Manufaktur, neraca perdagangan, serta inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang baru dirilis pada awal pekan ini.
“Gejolak dari sisi politik tentu memberikan tekanan, tapi hanya secara jangka pendek. Karena, kami melihat fundamental ekonomi Indonesia itu masih dalam keadaan baik, sehat, dan kuat,” ujar Nico saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia mengungkapkan bahwa beberapa data ekonomi domestik telah memberikan sentimen positif, di antaranya indeks PMI Manufaktur yang di level 51,5 pada Agustus 2025 atau memasuki area ekspansi pertama kali semenjak lima bulan terakhir.
Kemudian, neraca perdagangan Juli 2025 masih surplus sebesar 4,18 miliar dolar AS, serta inflasi IHK periode Agustus 2025 melambat menjadi 2,31 persen year on year (yoy) atau mengalami deflasi sebesar 0,08 persen month to month (mtm).
“PMI manufaktur Indonesia yang kalau kita lihat cukup baik adanya, pada akhirnya mengalami kenaikan hingga di atas level 50. Itu artinya bahwa indeks manufaktur kita mampu kembali bangkit,” ujar Nico.
Dari mancanegara, ia mengatakan pelaku pasar tengah menantikan data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, yang diproyeksikan mengalami penurunan lebih cepat.
“Kalau misalkan data dari sisi ketenagakerjaan AS mengalami penurunan lebih cepat, itu artinya peluang The Fed untuk memangkas tingkat suku bunganya juga akan jauh lebih besar,” ujar Nico.
Di tengah situasi saat ini, Ia merekomendasikan pelaku pasar dapat melakukan aksi beli (net buy) terhadap saham-saham yang mengalami koreksi namun sebetulnya fundamental perusahaannya bagus.
Selain itu, lanjutnya, pelaku pasar juga dapat bersikap wait and see apabila memiliki kekhawatiran terhadap situasi yang ada saat ini.