
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menginstruksikan seluruh kepala sekolah SMA dan SMK negeri di provinsi itu untuk mengidentifikasi ruang kelas yang rusak atau berpotensi roboh, menyusul insiden ambruknya bangunan SMKN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor.
“Saya meminta kepala sekolah untuk mengidentifikasi ruang kelas yang rusak, yang berpotensi roboh, yang mengganggu kenyamanan anak-anak kita untuk belajar. Segera dilaporkan karena pemerintah provinsi akan segera melakukan pembangunan pada tahun ini juga,” kata Dedi Mulyadi melalui akun resmi media sosialnya, Rabu.
Ia menegaskan bahwa evaluasi ini penting dilakukan untuk mencegah insiden serupa yang membahayakan keselamatan siswa dan guru. Laporan dari kepala sekolah harus segera masuk agar bisa ditindaklanjuti.
Dedi menargetkan pembangunan ruang kelas hasil evaluasi bisa dimulai dan diselesaikan pada tahun anggaran berjalan, yakni September hingga Desember 2025. Hal itu untuk memastikan tidak ada lagi siswa yang belajar di ruang kelas berisiko.
Ia menyebut peristiwa ambruknya atap SMKN 1 Cileungsi menjadi pelajaran berharga. Padahal, bangunan sekolah itu dibangun pada 2016, namun kondisinya sudah tidak layak hingga menyebabkan kerusakan parah.
“Dipastikan kualitas pembangunannya buruk kalau sampai atapnya roboh. Untuk itu saya juga sudah meminta inspektorat melakukan pemeriksaan, termasuk siapa yang dulu membangunnya,” tegasnya.
Menurut dia, pihak yang terlibat dalam pembangunan sekolah dengan kualitas rendah harus dimintai pertanggungjawaban. Hal itu penting agar ke depan proses pembangunan fasilitas pendidikan lebih diawasi dengan baik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Bogor, Ade Hasrat di lokasi kejadian, menyebutkan atap dan dinding bangunan SMKN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ambruk pada Rabu pagi ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung, menyebabkan sedikitnya 31 siswa dan guru mengalami luka-luka.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 09.15 WIB di Desa Limus Nunggal, Kecamatan Cileungsi. Saat itu, siswa kelas 10 dan 12 sedang mengikuti pelajaran, kemudian tiba-tiba bagian atap dan dinding ruang kelas runtuh.
Laporan BPBD mencatat ada empat ruangan yang terdampak, terdiri atas dua ruang kelas dan dua ruang pertemuan. Sejumlah siswa yang berada di dalam ruangan tertimpa reruntuhan sebelum berhasil dievakuasi oleh guru dan petugas gabungan.