
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) angkat suara perihal rencana pemangkasan produksi nikel dalam evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) nikel tahun 2025 ini.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengungkapkan pihaknya harus mengecek berapa besar RKAB mineral dan batu bara (minerba) termasuk nikel untuk tahun 2025 ini.
“Jadi kita lihat, cek dulu dengan Minerba, berapa kebutuhan industri dan juga berapa RKAB yang diberikan,” kata Yuliot saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen) Kementerian ESDM, Tri Winarno menegaskan, bahwa terhadap RKAB perusahaan pertambangan khususnya nikel di tahun 2024-2026 akan dilakukan evaluasi terhadap semua aspeknya.
Hal itu dilakukan, supaya produksi nikel tidak dilakukan secara ‘jor-joran’. Makanya, pemerintah merasa perlu untuk melakukan kontrol atas produksi tersebut. “Kemungkinan bisa dipotong kalau memang ada yang tidak komitmen dengan jaminan reklamasi pasca tambang, kecelakaan tambang tinggi dan lain sebagainya. Intinya kita akan lakukan evaluasi lah,” ungkap Tri Winarno kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (14/1/2024).
Tri Winarno mencatat, tahun 2024 lalu produksi bijih nikel mencapai sekitar 215 juta ton per tahun. Realisasi produksi itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2023.
“Tahun 2025 bisa jadi kita turunkan. Ini untuk mineral dan batu bara, karena harga turun terus, kita eksportir terbesar di dunia, coba kita evaluasi,” ungkap Tri.
Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey menyebut, bila pemangkasan produksi bijih nikel ini terjadi, memang harga nikel dunia akan melejit.
Berdasarkan analisis salah satu analis nikel dunia, Jim Lennon dari Macquarie, London, bila Indonesia memangkas produksi bijih nikel sampai 150 juta ton, maka harga nikel dunia bakal melejit ke level US$ 20.000 per ton, dari saat ini di kisaran US$ 15.000-16.000 per ton.
Meidy menyebut, pada 2024, produksi bijih nikel RI tercatat nyaris 300 juta ton, tepatnya 298,49 juta ton.
“Mungkin sudah dengar ya, analisis dari Jim Lennon, dari Macquarie itu sudah menyampaikan, Beliau adalah analisis nikel terbaik dunia, itu sudah menyampaikan jika Indonesia bisa memangkas kapasitas RKAB, produksi bijih nikel, sampai 150 juta (ton), artinya nikel akan menembus sampai di atas US$ 20 ribu, harga LME (London Metal Exchange) ya,” jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Rabu (22/1/2025).
“Kalau Indonesia tidak mengontrol dari bijih nikel, menjadi nikel olahan, nickel matte, Nickel Pig Iron (NPI), feronikel, MHP, nikel sulfat, dan seluruh turunannya, itu akan mempengaruhi di harga,” ujarnya.
Bahkan, dia mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2023 hingga 2024 lalu, produksi nikel Indonesia menguasai hingga 65% pasar nikel dunia.
“Jadi sebenarnya nikel kita di Indonesia ini kan sudah jadi penentu dunia ya, terutama di tahun 2023 dan 2024 kita sudah memegang market size di atas 60%, ada yang 63% sampai 65%, khususnya nikel produksi Indonesia,” kata Meidy.
Dia menyebut, “banjir”-nya produk nikel di pasar dunia, terutama karena meningkatnya produksi nikel olahan jenis Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan nickel matte. Peningkatan produksi nikel tersebut mencapai 30% dibandingkan 2023.
“Mungkin kalau kita lihat dulu di tahun 2023, kenaikan signifikannya output produksi dari nikel MHP, kemudian nikel matte, itu dari 2023 ke 2024 memang ada kenaikan sampai 30% dari kapasitas produksi,” ujarnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 132/2024 tentang Neraca Sumber Daya dan Cadangan Minerba Nasional Tahun 2023, tercatat sepanjang 2023, realisasi produksi bijih nikel RI hampir mencapai 200 juta ton. Persisnya, yakni di level 175,6 juta ton atau tepatnya 175.617.183 ton.